Suatu hari ada pembukaan pendaftaran mapres
fakultas gue. Gue cukup tertarik nih. So, gue putuskan untuk iseng coba daftar.
Motivasi gue daftar mapres adalah karena gue pengen tau mapres itu ngapain aja
dan kaya gimana, siapa tau emang rejekinya di sini, kan ga ada salahnya kita
mencoba. Simple banget ya alasannya.
Syarat
daftar mapres saat itu adalah mahasiswa angkatan 2015 yang telah memiliki
minimal satu sertifikat penghargaan. Berkas yang harus dikumpulkan adalah CV
dan esai. Gue saat itu dadakan banget bikin CV sambil mengingat-ingat riwayat
kepanitiaan gue. Gue juga bikin esai semampu gue, tentang kenakalan remaja dan
spiritualitas. Saat itu gue bikin esainya sederhana banget, asal jadi, soalnya gue
bikin mepet deadline dan gue orangnya ga jago cuap-cuap di tulisan.
Seluruh
pendaftar mapres fakultas gue dikumpulin sama sekretaris wadek akademik dan
kemahasiswaan. Kami diberi pembekalan oleh mapres fakultas kami tahun
sebelumnya, mba Karom. Kami dikasih gambaran mengenai dinamika di mapres itu
seperti apa, apa saja hal yang harus dilakukan, dan lainnya. Kalo ngeliat
mapres UGM taun lalu, Ka Wyncent prestasinya banyak yang internasional dan
banyak juara 1nya weeew. Da gue mah apa atuh. Yaudah gue tetep lanjutin
perjuangan gue di sana. Saat itu yang daftar ada 5 orang, termasuk gue.
Kami
diminta untuk memperbaiki esai jika masih ada yang ingin diperbaiki untuk
kemudian dinilai para dosen. Setelah itu, kami diminta untuk mempresentasikan
esai kami di depan dosen-dosen tertentu, waktu itu ada sekprodi dan sekwadek
akademik dan kemahasiswaan. Kami maju dengan giliran yang ditentukan dengan….
“hompimpah” dan.. jeng jeng.. gue dapet giliran pertama, gila gila gila, gue
padahal belum selesai nyiapin ppt, gue bahkan belum latian mau ngomong apa pas
presentasi ntar, hadeuh, sebel banget dah. Gue pun nekat cuap-cuap presentasi
semampu gue dengan waktu yang dibatasi. Karena ga banyak yang gue siapin, jadi
gue bisa selesai presentasi sebelum waktunya habis. Dan pun karena gue maju
pertama, para audience ini masih seger, masih fokus, jadi banyak yang tanya ke
punya gue. Heu, emang nasib, ya gue terima aja. Sampe kemudian semua presentasi
selesai, gue masih sebel sama temen-temen gue gegara gue maju pertama huuuuh. Sebelnya
masih ada meskipun udah selesai presentasi, sebel sebel sebel. Sampe gue cerita
ke orang-orang mengenai nasib gue satu ini.
Ok,
balik ke proses seleksi mapres. Seleksi ini bertujuan untuk menentukan satu
mapres yang akan dikirimkan ke univ. Beberapa hal yang dinilai adalah prestasi
(kalo prestasi itu didapet sendirian, bukan tim, maka nilainya makin gede dan
makin tinggi cakupan wilayahnya, juga makin gede, apalagi internasional), esai,
IPK, dan kemampuan bahasa Inggris (dibuktikan dengan lampiran hasil tes
TOEFL/IELTS/dsb). Nah, cacatnya gue ga punya skor tes bahasa Inggris, jadi gue
ga lolos ke mapres tingkat univ. Yang lolos temen gue, Zahwa, si dewi angkatan
yang dulu pernah berjuang bareng di PIMNAS 30. Semangat Zahwa!
Dari
kisah gue yang iseng daftar mapres ini, gue dapte pelajaran, yakni persiapkan
segala hal dengan lebih baik lagi, ga bisa cuma modal nekat doang untuk
mencapai prestasi terbaik. Tapi gue cukup seneng bisa “nyemplung” di sini,
seenggaknya gue jadi tau gimana sih dinamika orang-orang hebat di mapres itu.
Komentar
Posting Komentar