Bismillahirrahmanirrahim
Halo teman-teman, insyaallah kali ini gue
bakal cerita tentang perjalanan lomba esai gue yang sudah terlaksana dari bulan
September sampai Oktober 2018. Berawal dari kegabutan gue di semester 7 yang
kuliah cuma tinggal 2 mata kuliah yang masing-masingnya 2 SKS ditambah skripsi
tapi skripsinya jarang gue sentuh (jangan ditiru ya hehe), gue pun iseng
ngajakin Imad lomba. (btw masih ingat Imad kan? Iya, temen gue dari filsafat
yang sebelum-sebelumnya pernah lomba bareng juga, gue bikin juga kok blognya).
Imad kan gitu ya, orangnya mau mau aja,
yaudah deh ga butuh waktu lama, kami pun sepakat mau ikut lomba. Jadi, kami
cari-cari informasi mengenai lomba yang akan diselenggarakan oleh kampus-kampus
lain. Gue ngasih Imad beberapa info lomba. Ada lomba di Surabaya, di Makassar,
dan tempat lain. Gue mau ngajak Imad diskusi menentukan pilihan lomba mana yang
mau kami ikuti. Kemudian Imad ngajakin gue buat ke acara Kampung Buku di PKKH
UGM. Sore hari kami kesana, sambil nemenin Imad nyari-nyari buku, gue sambil
baca-baca ketentuan lomba. Pas gue sodorin poster lomba esai PIKIR di
Universitas Muhammadiyah Makassar, Imad pun langsung sepakat. Katanya biar bisa
sekalian pulang atau main ke tempat keluarga di Makassar (maklum, Imad kan
orang Palu dan banyak saudara di Makassar). Hari itu sekitar seminggu sebelum
batas akhir pengumpulan karya gelombang 2. Tanpa pikir panjang kami sudah
sepakat ikut lomba esai itu.
Setelah beberapa hari terlewati, kami ga
banyak diskusi. Akhirnya, H-1 deadline gue ngajak Imad buat diskusi langsung.
Sore hari kami ketemu di upnormal jalan kaliurang membahas konten apa yang mau
kami buat untuk esai ini. Oh ya, tema esainya adalah “Eksplorasi Potensi Daerah
dalam Membangun Ekonomi Nasional”. Gue tertarik sama lomba ini karena pada saat
itu ga terlalu lama dari KKN, jadi lokasi KKN kami bisa dijadikan konten untuk
esai ini. Gue KKN di Bengkulu, Imad KKN di Sulawesi Tengah. Kami saling
memberitau keunggulan lokasi KKN kami yang akan dijadikan potensi daerah untuk
meningkatkan ekonomi. Daerah KKN kami sama-sama wilayah pantai tapi gue ngerasa
pantai di Bengkulu lebih bagus jadi lebih potensial kalau mau dijadikan sumber
peningkatan ekonomi. Imad pun sependapat. Akhirnya kami menentukan konten esai
diambil dari daerah KKN kami. Kami menyusun kerangka esai yang akan dibuat.
Karena gue yang lebih paham sama lokasi KKN gue, jadi gue banyak membahas
daerahnya sedangkan Imad banyak ngasih teori. Diskusi kami ngga lama, cuma
sekitar 2 jam aja, dikurangi Imad yang tiba-tiba harus ketemu temennya di
kampus urusan helm. Magrib kami bubar dan melanjutkan pengerjaan di tempat
tinggal masing-masing melalui google docs. Si Imad kayanya baru notice sama gdocs, dia terkagum-kagum
sama gdocs yang bisa menyatukan kerjaan kami dalam satu dokumen, haha, Imaaad
Imad, padahal di lomba sebelumnya kami sudah pernah pakai gdocs juga bareng
Rohmad.
Kami terus mengerjakan sampai batas
terakhir pengumpulan esai. Di malam hari, kami lebih tancap gas karena batas
pengumpulannya adalah 23.59 WITA yang artinya satu jam lebih cepat dari WIB. Karena
kami belum transfer, gue nyuruh Imad buat transferin ke rekening yang tertera
di poster. Waktu itu masih kurang 2 halaman dari batas minimal halaman, gue pun
nyuruh Imad buat nambahin kata-kata biar makin panjang dan mencukupi batas
minimal halaman. Pas lagi sibuk-sibuknya, gue dapat peringatan keras nih dari
Allah, gue semacam mendapat “tamparan” dari Allah biar gue ga lagi berharap ke
makhlukNya (ini bukan Imad ya maksudnya). Pokoknya ada hal lain yang lumayan
membuyar konsentrasi gue saat menyelesaikan esai ini. Gue pun tetep maksa diri
gue buat nyelesaiin esai meskipun kondisi badan kerasa panas-dingin. Huhuhu
kasian banget yak. Alhamdulillah esai bisa kami selesaikan sebelum batas akhir
pengumpulan. Langsung gue kirim ke kontak yang tertera (karena gue ketua
kelompoknya) setelah itu konfirmasi, dan tawakkal.
Kami diminta mengirimkan foto tim untuk diberi twibbon oleh panitia Gue ngiriminnya foto waktu lomba bertiga sama imad & rohmad di UST (tapi rohmad gue crop) haha |
Gue ga terlalu berharap bakal lolos ke
final sih, mengingat konten kami yang ga matang sama sekali dan itu di Makassar
yang lumayan jauh. Tapi ya sudahlah ya yang penting kami sudah berusaha semampu
kami. Kalaupun masuk final itu ga lepas dari kehendak Allah. Kalau ga masuk, ya
emang karena dari usaha kami yang belum maksimal. Gue pun nunggu-nunggu
pengumuman finalis sampai pengumumannya sempat diundur dari waktu yang tertera
di poster.
Suatu hari, gue baru bangun dari tidur, gue
langsung cek Instagram PIKIR ngeliat apakah udah ada pengumuman atau belum.
Dalam satu cabang lomba ada 15 tim yang diambil sebagai finalis. Alhamdulillah
sudah ada pengumuman finalis. Gue swipe foto-foto finalis sampai gambar
terakhir dan gue ga nemuin foto gue sama Imad. Ok, gue ikhlas. But, wait,
ternyata satu gambar terdiri dari dua tim finalis. Tadinya gue cuma fokus liat
foto finalis yang ada dibagian bawah. Ternyata pas gue liat lagi, dibagian atas
ada foto gue sama Imad. Alhamdulillaaaaaah lolos final :’) gue seneng banget
setelah sekian lama digantungin pengumuman finalis, hehe. Gue langsung hubungi
Imad. Imad pun seneng, tapi ga seseneng gue. “Waduh masalah baru nih” dalam
hati gue. Karena saat itu baru baru terjadinya sunami di Palu, yang mana
keluarga Imad baru berduka, Imad belum bisa ngasih kepastian apakah dia bisa
ikut ke Makassar atau ngga. “Wah gue digantungin lagi nih” pikir gue. Gue pun
nunggu kabar Imad yang minta izin ke orang tuanya. Ternyata ibunya ngga
ngebolehin. Waduh. Mumet nih gue. Gue minta Imad buat izin lagi keesokan harinya,
tetep ga diizinin. Sampai tiga kali izin tetep ga dikasih juga. Mumet banget
nih, gue sampai ga bisa tidur semalaman penuh gara-gara mikirin ini.
Gue ngeliat di cabang LKTI ada peserta dari
UGM juga yang masuk final dan ternyata mereka kenal Imad. Jadi gue menghubungi
mereka buat ngomongin persiapan mereka berangkat dan nanyain saran mengenai
masalah Imad juga ke mereka. Gue menghubungi CP dan LO gue juga buat diskusi
masalah Imad yang ga boleh berangkat ini karena dalam aturan lomba, finalis
diminta untuk datang lengkap satu tim. Setelah beberapa kali gue hubungi pihak
panitia, akhirnya gue diizinkan untuk datang sendirian ke lokasi lomba. Imad
juga mendesak gue buat tetep berangkat final. Akhirnya gue tancap gas bikin
proposal pengajuan dana ke Fakultas, POTMAPSI, dan ditmawa. Gue sebenernya agak
khawatir berangkat sendirian karena gue belum pernah naik pesawat sendirian
(sebelumnya kalau naik pesawat rombongan terus). Tapi gue agak pede dikit
karena sebelumnya pernah ke Makassar (waktu PIMNAS 2017).
Gue langsung nyiapin file buat presentasi,
beli tiket pesawat, nyiapin apa yang harus dibawa, dll. Imad bantu bikin dan
nyetak poster esai. Pas hari H keberangkatan, gue dianter Ifa ke bandara. Gue
naik pesawat Sriwijaya, itu artinya gue harus masuk dari terminal B. Di bandara
Sultan Hasanuddin sudah ada panitia yang menunggu kedatangan gue. Pesawat gue
waktu itu delay jadi sampai di
Makassar tengah malam. Tadinya gue pikir mau nunggu di musholla bandara aja
sampai waktu penjemputan dari panitia tiba (disediakan jam 7-12 siang). Tapi LO
gue, Nurlinda, sudah nitipin gue ke panitia lain (Ulfah dan Wulan) yang waktu
itu jemput peserta dari UNS (Farah & Winda). Ternyata gue sama mereka satu
pesawat, tapi baru kenal mereka saat ketemu LO. Kami langsung dibawa ke salah
satu rumah panitia. Di sana kami bareng sama peserta dari UNNES yang cukup
ramai (karena dari 2 cabang lomba) ada 5 orang.
Kami ke kampus Unismuh (Universitas
Muhammadiyah Makassar) setelah dzuhur. Oh ya, kegiatan kami di Makassar 5 hari
dari tanggal 17-21 Oktober 2018. Berikut ini rinciannya:
Day 1
(17 Oktober 2018)
Kami check in di hotel Unismuh (gue sempet kaget liatnya, ternyata
hotelnya satu gedung sama gedung kuliah). Gue dapat kamar 1306 (yup, lantai 13)
yang isinya 3 orang ada gue, Melynda (UB) dan Ambar (IPB). Gue ga lama di hotel
karena langsung diminta untuk pindah ke tempat opening ceremony yakni di Student Mall (beneran mirip mall sih ini
gedungnya, ada eskalatornya dan ada kedai-kedai & toko kecil). Rame banget
pesertanya karena terdiri dari mahasiswa, siswa SMA, dan siswa SMP. Emang
banyak cabang perlombaannya. Kalau buat mahasiswa cuma 2 (esai dan LKTI).
Pemandangan dari jendela kamar |
Setelah acara pembukaan,
dilanjutkan acara Technical Meeting.
Untuk peserta mahasiswa, TM dilaksanakan di UBC (satu gedung sama hotel). Kami
menentukan urutan presentasi menggunakan undian manual pakai kertas. Gue dapet
urutan ke 11. Waktu yang diberikan adalah 10 menit presentasi dan 20 menit
tanya-jawab dengan juri. Gue mesti siap-siap dibantai juri sendirian :’) eh
tapi ternyata ga cuma gue yang maju sendirian, ada dari kampus lain juga yang
sendiri, dari UB ada Choi sendiri, dan dari IAIN Salatiga.
Selesai TM, kami kembali
ke kamar masing-masing. Gue sholat magrib & isya di kamar. Jatah makan
selalu dianterin sama panitia. Jadi ga perlu repot-repot keluar hotel ataupun
pesen gofood. Malam harinya, peserta lain pada latihan. Ada yang dikamar, ada
yang di koridor, dan lain-lain. Nah, karena gue sendirian, gue ga kemana-mana,
cuma di Kasur aja sambil nyatet apa aja yang mau gue omongin waktu presentasi. FYI, gue belum pernah latihan presentasi
esai ini sama sekali. Gue di Kasur sambil ngeluh-ngeluh gegara Imad susah
dihubungi, padahal gue butuh temen latihan hiks hiks. Jadi latihan gue cuma
nyatet dan baca tulisan gue sambil ngepasin tempo ppt.
Day 2 (18 Oktober 2018)
Hari ini kami
melakukan presentasi. Untuk cabang esai, presentasi dilakukan di UBC. Peserta
diminta untuk kumpul jam 7 pagi. Buat yang maju presentasi awal-awal, enak lah
ya, deg-degannya cuma bentar abis selesai maju langsung selow. Nah gue dapet
urutan ke 11 yang ga tau majunya jam berapa. Tapi gue ga gugup-gugup amat sih
hehehe. Setelah sekian lama menunggu giliran, ternyata gue maju setelah sholat
ashar. Break ashar diberikan 15
menit. Gue langsung buru-buru naik lift
ke kamar, sholat, terus nelpon Imad buat latihan ngomong. Alhamdulillah sempet
latihan meskipun sekali itu doang pas nelpon Imad sambil minta masukan dari
Imad. Gue pun turun ke ruangan lagi.
Giliran gue
maju. Gue presentasi pakai ppt UGM yang super
simple itu dengan tulisan yang tidak terlalu banyak (emang udah jadi
kebiasaan gue kalau bikin ppt ga suka banyak kata-kata, lebih main ke
improvisasi). Gue mencoba mengajak audience
dan juri untuk fokus ke presentasi gue dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
Gue ngelakuin kaya gini berdasarkan saran dari Imad gegara gue ga pede sama
konten esai kami. Kata Imad “ya udah kamu bikin aja para juri biar fokus ke
penampilanmu tanpa menghiarukan kontennya” kurang lebih gitu. Haha ya kali Mad,
juri ga bakal segitunya, pasti tetep objektif pas nyimak dan nilai. Pas sesi
tanya-jawab dari juri, tebakan gue bener. Gue dihajar juri dari segi kontennya
gegara ga ada fokusan yang jelas mengenai gagasan kami. Masih terlalu umum. Gue
pun mengakui itu. Ya udah gue jawab sebisa gue aja. Setelah selesai, gue duduk
lagi, abis itu gue langsung telpon Imad. Gue keluar ruangan, ngeluh-ngeluh ke
Imad mengenai pertanyaan-pertanyaan juri dan meminta Imad buat ngga
berekspektasi tinggi sama hasil lomba ini. Gue udah optimis ngga juara nih
wkwk.
Foto dengan salah satu juri & Choi |
Gue presentasi |
Setelah semua
peserta selesai presentasi, kami kembali ke kamar masing-masing dan
bersiap-siap untuk menghadiri gala dinner
di tempat Walikota Makassar. Di acara ini, kami diminta untuk mengenakan
pakaian adat masing-masing. Gue pakai pakaian adat Jawa Barat (tapi ga tau itu
bener pakaian adat Jawa Barat apa bukan wkwkwk). Gue kan punya masalah dengan
cara jalan gue yang maco, pas gue fitting
baju adat itu di kontrakan, temen-temen kontrakan gue pada bantu ngajarin gue
cara jalan yang lebih cewek biar keliatan lebih kalem pas gue pakai baju adat
ini. Ya kali gue pakai rok sesempit itu tapi jalannya tetep maco kaya cowo haha
nanti roknya robek. Selesai makan, kami foto-foto, setelah itu kembali ke
hotel. Oh ya lokasi kantor Walikota Makassar ini dekat dengan Pantai Losari.
Tadinya kami sempat ditawari untuk langsung ke pantai setelah makan, tapi
mengingat waktu yang semakin gelap dan pakaian yang kami kenakan kurang
mendukung untuk bisa bergerak leluasa, akhirnya ga jadi ke pantai.
Ceritanya gue pake baju adat Jawa Barat |
Foto kamar 1306 saat gala dinner |
Day 3
(19 Oktober 2018)
Hari ketiga, kegiatan kami
adalah Coaching Idea. Peserta
mahasiswa (esai & LKTI) digabung lagi di ruang UBC. Tema coaching idea adalah Hoax. Kami membahas solusi untuk
menangani masalah hoax yang semakin
merajalela ini. Kami dibagi kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 7 orang.
Gue satu tim sama anak Unnes (1), UNS (2), dan IPB (3). MC meminta tiap
kelompok untuk memiliki nama kelompok yang unik dan akhirnya kami memberikan
nama kelompok kami “UNIK” dengan kepanjangan “Unyu, Imut, dan Asik” wkwkwk. Kami
juga punya jargon yang agak koplak nih jargonnya “ini.. jargon cikicikicikicik”
sambil naikin tangan ke atas. Lucu banget emang nih kelompok apalagi gegara ada
trio IPB nih (Ambar, Afra & Ka Sejahtera). Tiap kelompok maju ke depan
menjelaskan solusi yang ingin diberikan. Tim kami mengajukan solusi hoax menggunakan teori Operant Conditioning.
Coacing Idea selesai pada waktu ashar dilanjutkan kegiatan mandiri.
Coacing Idea selesai pada waktu ashar dilanjutkan kegiatan mandiri.
Pisang epe |
Wajah-wajah peserta bandel |
Day 4
(20 Oktober 2018)
Kegiatan hari ini adalah fieldtrip ke beberapa destinasi wisata
di sekitar Sulawesi Selatan. Kami memakai kaos dari PIKIR 2018. Kami
mengunjungi Bantimurung, yup, pusat
penangkaran kupu-kupu di sini. Ini kali kedua gue ke Bantimurung (sebelumnya
pernah kesana waktu PIMNAS). Kami ke Bantimurung naik bus yang disediakan
panitia. Di bus yang gue naikin, sempat ada kejadian lucu nih. Si couple peserta dari Unnes ini kan lagi
ngambek, mereka diminta temennya buat duduk satu bangku biar bisa bareng
ngomongin masalah yang mereka alami. Tapi si ceweknya ga mau, wkwk. Akhirnya
gue pun nyeletuk “dalam psikologi perkawinan, ada dua tipe orang saat menghadapi
konflik” spontan anak-anak satu bus langsung fokus dengerin gue. Haha mereka
semangat banget kalau dengerin gue ngomongin teori-teori psikologi. Sebelum
naik bus, sempat juga gue sama beberapa ciwi-ciwi membahas teori cinta dalam
psikologi. Karena mereka pada tau kalau gue dari psikologi, banyak dari mereka
yang curhat ke gue mengenai masalah-masalah pribadi mereka. Gue jadi banyak tau
tentang mereka meskipun baru beberapa hari kenal. Ada yang iseng-iseng nanyain
gue minta ditebak dia orangnya kaya gimana, ada yang konsultasi masalah
motivasi belajar, dan lain-lain.
Di Bantimurung |
Sore harinya kami ke
Pantai Losari (lagi). Selama di bus, gue satu bangku sama Anindita (UNY).
Foto bareng Anindita |
Setelah dari pantai, kami
ke pusat oleh-oleh. Di sana belanja beberapa makanan dan kerajinan khas
Makassar. Gue cuma beli coklat dan makanan ringan aja. Setelah itu kami kembali
ke kampus.
Malam hari ini, ada
penampilan dari cabang lomba pentas seni (peserta dari siswa SMA). Gue sempet
nonton bentar sambil menikmati angin malam di kampus unismuh. Sempat ngobrol
sama Nurlinda juga mengenai kepanitiaan PIKIR ini. Pasti mereka capek banget
ngurusin peserta bejibun kaya gini, belum lagi yang bandel-bandel kaya gue
kemaren. Kata Nurlinda emang benar, “banyak banget dinamikanya, kalau dibikin
satu novel kayanya ngga cukup” katanya. Setelah itu gue balik ke hotel dan
istirahat, ga nyangka ini udah malem terakhir gue di Makassar, waktu berlalu
bergitu cepat ya. Gue berharap ini bukan kunjungan terakhir gue ke Makassar.
Meskipun logat berbicaranya berbeda dari yang biasa gue dengar di Jogja, tempat
ini tetap nyaman bagiku.
Pemandangan dari jendela kamar hotel lantai 13 |
Malam terakhir pada kumpul rumpi sampaks tengah malem tapi gue ga ikut sudah terlalu lelah |
Day 5 (21 Oktober 2018)
Hari terakhir di
Makassar ini diawali dengan kegiatan Seminar Kewirausahaan. Para peserta
menghadiri seminar di Student Mall. Setelah seminar, dilanjutkan acara penutupan
dan pengumuman juara. Kami check out
hotel saat break dzuhur. Acara penutupan dan pengumuman juara dilaksanakan
setelah dzuhur. kekeuh pengen ikut
penutupan dan pengumuman dan pengen pulang sama kloter sore. Wkwkwk dasar ya
berdua nih.
Beberapa dari kami ada yang langsung ke bandara tanpa mengikuti
acara penutupan karena khawatir ketinggalan pesawat mengingat jarak dari kampus
ke bandara yang ngga dekat. Tapi si Choi sama Zainul (duo UB) nih ga ikut
rombongan, mereka
Foto sama poster tim gue |
Check out |
Choi & Zainul |
Pengumuman pun
tiba. Juara yang disebutkan diacak, dari berbagai cabang lomba. Para peserta
dari mahasiswa cukup ketar-ketir mendengarkan pengumuman lomba kami karena
khawatir terlambat untuk ke bandara. Juara-juara pun disebutkan, gue udah dari
hari presentasi udah optimis ga juara, jadi gue ga kaget pas pengumuman ga
disebutin sebagai juara. Qadarullah, Allah masih mengizinkan gue membawa pulang
sebuah penghargaan meskipun bukan sebagai juara. Yup, gue diberi penghargaan sebagai “Best Presentation”.
Alhamdulillaah :’) gue cukup terharu dapet ini. Gue langsung kabarin Imad. Gue
kirim foto gue sambil megang atribut penghargaan Best Presentation eh si Imad
malah nanya “itu pinjam punya siapa Om?” ebuset dia kagak percaya kami dapet
penghargaan ini. Wkwkwk. Seenggaknya gue ga pulang dengan tangan kosong ya,
Mad.
Foto bareng Adil, Abrar & Faruq (tim LKTI UGM) dapet juara 3 |
Foto bareng Choi (juara 2) & Nurlinda (LO kami) |
Setelah
foto-foto, kami langsung buru-buru ke bandara naik bus yang disediakan panitia.
Ternyata kami sampai di bandara lebih awal, jadi kami harus nunggu beberapa jam
sebelum bisa masuk. Ada kerangka X-banner-nya
Zainul ketinggalan. Gue bawain ke Jogja aja. Karena si Choi katanya bulan depan
ke Jogja.
Gue satu pesawat
sama rombongan dari UNY dan UPN Jogja naik Sriwijaya. Sampai Bandara
Adisucipto, kami menemukan insiden kecil. Kerangka X-banner Zainul hilang, ga ada dibagasi. Waduh. Gue harus ngomong apa
sama Zainul hiks hiks. Kami pun mencoba menghubungi petugas bandara untuk
menanyakan apakah ada barang yang tertinggal dibagasi pesawat. Ternyata ada X-banner Zainul ketinggalan :’)
masyaallah. Sebenarnya ga cuma gue yang kehilangan barang. Ada penumpang lain
juga yang kehilangan kopernya. Gue ga tau deh gimana nasib beliau. Semoga
ketemu ya kopernya. Gue pulang bareng temen-temen dari UNY naik taksi bandara
ke kos mereka, setelah itu gue dijemput Cahyo.
Pas gue pulang Imad minta foto bareng sama atribut penghargaan |
Setelah kami
pulang ke tempat masing-masing, keadaan grup masih ramai. Teman-teman masih
semangat membicarakan kejadian saat kabur ke Pantai Losari kala itu. Hahaha
belum pada bisa move on ya gengs.
Awal November, Choi ke Jogja karena UKMnya ada kunjungan ke Gama Cendekia UGM.
Gue pun nemuin Choi buat ngasih kerangka X-banner
Zainul. Sesuai omongan gue waktu di Makassar yang sempet minta Choi bawain
oleh-oleh Malang, si Choi pun beneran bawain Malang Strudel yeay, makasih Choi. Geng pesawat
Sriwijaya ngajakin Choi ke Sekaten. Hendra, Eca, Kiky, dan gue yang ngajak
Hasna cus langsung ke Sekaten. Saat
itu malem minggu, kebayang kan gimana padatnya Sekaten pas malem minggu? Kami
ke Sekaten makan mie ayam. Haha udah jauh-jauh, nembus macet, ke Sekaten cuma
buat makan mie ayam. Kami ga ada yang naik wahana. Cuma si Hasna aja yang naik
kora-kora. Abis itu pulang.
Beberapa hari
setelah Choi mengunjungi Jogja, ada teman kami dari UPI Bandung yang juga
mengunjungi Jogja, ada Afi dan Anis. Tapi saat mereka dateng, gue ga bisa
menemui mereka karena ada keperluan nih,
I’m so sorry.
Gue sangat
bersyukur pernah ikut lomba di sini. Gue jadi dapat banyak banget pembelajaran.
Salah satunya gue jadi lebih berani untuk bepergian jauh meskipun sendirian dan
gue jadi lebih percaya diri untuk berdinamika dengan orang-orang yang baru gue
temui. Yup, selama di Makassar gue
bener-bener belum pernah ketemu sama mereka. Ga ada satu orang pun yang pernah
gue kenal sebelumnya. Gue pikir, gue bakal jadi alien yang aneh karena ga punya
temen tapi ternyata mereka orangnya terbuka. Gue juga bersyukur jadi anak
psikologi. Gue jadi lebih mudah dekat sama orang lain melalui
curhatan-curahatan mereka ke gue ya meskipun gue belum bisa bantu banyak untuk
menyelesaikan masalah mereka. Terima kasih Allah. Terima kasih teman-teman. Terima
kasih untuk semua pihak yang telah mendukung gue selama ini. Tanpa kalian, gue
cuma butiran debu.
Wedang yg kk oom maksud itu di makassar namanya sarabba.
BalasHapusOh iya terima kasih
Hapus