Langsung ke konten utama

Became A Single Fighter || Lomba Esai di Unismuh Makassar


Bismillahirrahmanirrahim

Halo teman-teman, insyaallah kali ini gue bakal cerita tentang perjalanan lomba esai gue yang sudah terlaksana dari bulan September sampai Oktober 2018. Berawal dari kegabutan gue di semester 7 yang kuliah cuma tinggal 2 mata kuliah yang masing-masingnya 2 SKS ditambah skripsi tapi skripsinya jarang gue sentuh (jangan ditiru ya hehe), gue pun iseng ngajakin Imad lomba. (btw masih ingat Imad kan? Iya, temen gue dari filsafat yang sebelum-sebelumnya pernah lomba bareng juga, gue bikin juga kok blognya).

Imad kan gitu ya, orangnya mau mau aja, yaudah deh ga butuh waktu lama, kami pun sepakat mau ikut lomba. Jadi, kami cari-cari informasi mengenai lomba yang akan diselenggarakan oleh kampus-kampus lain. Gue ngasih Imad beberapa info lomba. Ada lomba di Surabaya, di Makassar, dan tempat lain. Gue mau ngajak Imad diskusi menentukan pilihan lomba mana yang mau kami ikuti. Kemudian Imad ngajakin gue buat ke acara Kampung Buku di PKKH UGM. Sore hari kami kesana, sambil nemenin Imad nyari-nyari buku, gue sambil baca-baca ketentuan lomba. Pas gue sodorin poster lomba esai PIKIR di Universitas Muhammadiyah Makassar, Imad pun langsung sepakat. Katanya biar bisa sekalian pulang atau main ke tempat keluarga di Makassar (maklum, Imad kan orang Palu dan banyak saudara di Makassar). Hari itu sekitar seminggu sebelum batas akhir pengumpulan karya gelombang 2. Tanpa pikir panjang kami sudah sepakat ikut lomba esai itu.

Setelah beberapa hari terlewati, kami ga banyak diskusi. Akhirnya, H-1 deadline gue ngajak Imad buat diskusi langsung. Sore hari kami ketemu di upnormal jalan kaliurang membahas konten apa yang mau kami buat untuk esai ini. Oh ya, tema esainya adalah “Eksplorasi Potensi Daerah dalam Membangun Ekonomi Nasional”. Gue tertarik sama lomba ini karena pada saat itu ga terlalu lama dari KKN, jadi lokasi KKN kami bisa dijadikan konten untuk esai ini. Gue KKN di Bengkulu, Imad KKN di Sulawesi Tengah. Kami saling memberitau keunggulan lokasi KKN kami yang akan dijadikan potensi daerah untuk meningkatkan ekonomi. Daerah KKN kami sama-sama wilayah pantai tapi gue ngerasa pantai di Bengkulu lebih bagus jadi lebih potensial kalau mau dijadikan sumber peningkatan ekonomi. Imad pun sependapat. Akhirnya kami menentukan konten esai diambil dari daerah KKN kami. Kami menyusun kerangka esai yang akan dibuat. Karena gue yang lebih paham sama lokasi KKN gue, jadi gue banyak membahas daerahnya sedangkan Imad banyak ngasih teori. Diskusi kami ngga lama, cuma sekitar 2 jam aja, dikurangi Imad yang tiba-tiba harus ketemu temennya di kampus urusan helm. Magrib kami bubar dan melanjutkan pengerjaan di tempat tinggal masing-masing melalui google docs. Si Imad kayanya baru notice sama gdocs, dia terkagum-kagum sama gdocs yang bisa menyatukan kerjaan kami dalam satu dokumen, haha, Imaaad Imad, padahal di lomba sebelumnya kami sudah pernah pakai gdocs juga bareng Rohmad.

Kami terus mengerjakan sampai batas terakhir pengumpulan esai. Di malam hari, kami lebih tancap gas karena batas pengumpulannya adalah 23.59 WITA yang artinya satu jam lebih cepat dari WIB. Karena kami belum transfer, gue nyuruh Imad buat transferin ke rekening yang tertera di poster. Waktu itu masih kurang 2 halaman dari batas minimal halaman, gue pun nyuruh Imad buat nambahin kata-kata biar makin panjang dan mencukupi batas minimal halaman. Pas lagi sibuk-sibuknya, gue dapat peringatan keras nih dari Allah, gue semacam mendapat “tamparan” dari Allah biar gue ga lagi berharap ke makhlukNya (ini bukan Imad ya maksudnya). Pokoknya ada hal lain yang lumayan membuyar konsentrasi gue saat menyelesaikan esai ini. Gue pun tetep maksa diri gue buat nyelesaiin esai meskipun kondisi badan kerasa panas-dingin. Huhuhu kasian banget yak. Alhamdulillah esai bisa kami selesaikan sebelum batas akhir pengumpulan. Langsung gue kirim ke kontak yang tertera (karena gue ketua kelompoknya) setelah itu konfirmasi, dan tawakkal.
Kami diminta mengirimkan foto tim untuk diberi twibbon oleh panitia
Gue ngiriminnya foto waktu lomba bertiga sama imad & rohmad di UST (tapi rohmad gue crop) haha

Gue ga terlalu berharap bakal lolos ke final sih, mengingat konten kami yang ga matang sama sekali dan itu di Makassar yang lumayan jauh. Tapi ya sudahlah ya yang penting kami sudah berusaha semampu kami. Kalaupun masuk final itu ga lepas dari kehendak Allah. Kalau ga masuk, ya emang karena dari usaha kami yang belum maksimal. Gue pun nunggu-nunggu pengumuman finalis sampai pengumumannya sempat diundur dari waktu yang tertera di poster.

Suatu hari, gue baru bangun dari tidur, gue langsung cek Instagram PIKIR ngeliat apakah udah ada pengumuman atau belum. Dalam satu cabang lomba ada 15 tim yang diambil sebagai finalis. Alhamdulillah sudah ada pengumuman finalis. Gue swipe foto-foto finalis sampai gambar terakhir dan gue ga nemuin foto gue sama Imad. Ok, gue ikhlas. But, wait, ternyata satu gambar terdiri dari dua tim finalis. Tadinya gue cuma fokus liat foto finalis yang ada dibagian bawah. Ternyata pas gue liat lagi, dibagian atas ada foto gue sama Imad. Alhamdulillaaaaaah lolos final :’) gue seneng banget setelah sekian lama digantungin pengumuman finalis, hehe. Gue langsung hubungi Imad. Imad pun seneng, tapi ga seseneng gue. “Waduh masalah baru nih” dalam hati gue. Karena saat itu baru baru terjadinya sunami di Palu, yang mana keluarga Imad baru berduka, Imad belum bisa ngasih kepastian apakah dia bisa ikut ke Makassar atau ngga. “Wah gue digantungin lagi nih” pikir gue. Gue pun nunggu kabar Imad yang minta izin ke orang tuanya. Ternyata ibunya ngga ngebolehin. Waduh. Mumet nih gue. Gue minta Imad buat izin lagi keesokan harinya, tetep ga diizinin. Sampai tiga kali izin tetep ga dikasih juga. Mumet banget nih, gue sampai ga bisa tidur semalaman penuh gara-gara mikirin ini.
Pengumuman finalis

Gue ngeliat di cabang LKTI ada peserta dari UGM juga yang masuk final dan ternyata mereka kenal Imad. Jadi gue menghubungi mereka buat ngomongin persiapan mereka berangkat dan nanyain saran mengenai masalah Imad juga ke mereka. Gue menghubungi CP dan LO gue juga buat diskusi masalah Imad yang ga boleh berangkat ini karena dalam aturan lomba, finalis diminta untuk datang lengkap satu tim. Setelah beberapa kali gue hubungi pihak panitia, akhirnya gue diizinkan untuk datang sendirian ke lokasi lomba. Imad juga mendesak gue buat tetep berangkat final. Akhirnya gue tancap gas bikin proposal pengajuan dana ke Fakultas, POTMAPSI, dan ditmawa. Gue sebenernya agak khawatir berangkat sendirian karena gue belum pernah naik pesawat sendirian (sebelumnya kalau naik pesawat rombongan terus). Tapi gue agak pede dikit karena sebelumnya pernah ke Makassar (waktu PIMNAS 2017).

Gue langsung nyiapin file buat presentasi, beli tiket pesawat, nyiapin apa yang harus dibawa, dll. Imad bantu bikin dan nyetak poster esai. Pas hari H keberangkatan, gue dianter Ifa ke bandara. Gue naik pesawat Sriwijaya, itu artinya gue harus masuk dari terminal B. Di bandara Sultan Hasanuddin sudah ada panitia yang menunggu kedatangan gue. Pesawat gue waktu itu delay jadi sampai di Makassar tengah malam. Tadinya gue pikir mau nunggu di musholla bandara aja sampai waktu penjemputan dari panitia tiba (disediakan jam 7-12 siang). Tapi LO gue, Nurlinda, sudah nitipin gue ke panitia lain (Ulfah dan Wulan) yang waktu itu jemput peserta dari UNS (Farah & Winda). Ternyata gue sama mereka satu pesawat, tapi baru kenal mereka saat ketemu LO. Kami langsung dibawa ke salah satu rumah panitia. Di sana kami bareng sama peserta dari UNNES yang cukup ramai (karena dari 2 cabang lomba) ada 5 orang.

Kami ke kampus Unismuh (Universitas Muhammadiyah Makassar) setelah dzuhur. Oh ya, kegiatan kami di Makassar 5 hari dari tanggal 17-21 Oktober 2018. Berikut ini rinciannya:

Day 1 (17 Oktober 2018)
Kami check in di hotel Unismuh (gue sempet kaget liatnya, ternyata hotelnya satu gedung sama gedung kuliah). Gue dapat kamar 1306 (yup, lantai 13) yang isinya 3 orang ada gue, Melynda (UB) dan Ambar (IPB). Gue ga lama di hotel karena langsung diminta untuk pindah ke tempat opening ceremony yakni di Student Mall (beneran mirip mall sih ini gedungnya, ada eskalatornya dan ada kedai-kedai & toko kecil). Rame banget pesertanya karena terdiri dari mahasiswa, siswa SMA, dan siswa SMP. Emang banyak cabang perlombaannya. Kalau buat mahasiswa cuma 2 (esai dan LKTI).
Pemandangan dari jendela kamar
Setelah acara pembukaan, dilanjutkan acara Technical Meeting. Untuk peserta mahasiswa, TM dilaksanakan di UBC (satu gedung sama hotel). Kami menentukan urutan presentasi menggunakan undian manual pakai kertas. Gue dapet urutan ke 11. Waktu yang diberikan adalah 10 menit presentasi dan 20 menit tanya-jawab dengan juri. Gue mesti siap-siap dibantai juri sendirian :’) eh tapi ternyata ga cuma gue yang maju sendirian, ada dari kampus lain juga yang sendiri, dari UB ada Choi sendiri, dan dari IAIN Salatiga.
Selesai TM, kami kembali ke kamar masing-masing. Gue sholat magrib & isya di kamar. Jatah makan selalu dianterin sama panitia. Jadi ga perlu repot-repot keluar hotel ataupun pesen gofood. Malam harinya, peserta lain pada latihan. Ada yang dikamar, ada yang di koridor, dan lain-lain. Nah, karena gue sendirian, gue ga kemana-mana, cuma di Kasur aja sambil nyatet apa aja yang mau gue omongin waktu presentasi. FYI, gue belum pernah latihan presentasi esai ini sama sekali. Gue di Kasur sambil ngeluh-ngeluh gegara Imad susah dihubungi, padahal gue butuh temen latihan hiks hiks. Jadi latihan gue cuma nyatet dan baca tulisan gue sambil ngepasin tempo ppt.

Day 2 (18 Oktober 2018)
Hari ini kami melakukan presentasi. Untuk cabang esai, presentasi dilakukan di UBC. Peserta diminta untuk kumpul jam 7 pagi. Buat yang maju presentasi awal-awal, enak lah ya, deg-degannya cuma bentar abis selesai maju langsung selow. Nah gue dapet urutan ke 11 yang ga tau majunya jam berapa. Tapi gue ga gugup-gugup amat sih hehehe. Setelah sekian lama menunggu giliran, ternyata gue maju setelah sholat ashar. Break ashar diberikan 15 menit. Gue langsung buru-buru naik lift ke kamar, sholat, terus nelpon Imad buat latihan ngomong. Alhamdulillah sempet latihan meskipun sekali itu doang pas nelpon Imad sambil minta masukan dari Imad. Gue pun turun ke ruangan lagi.
Giliran gue maju. Gue presentasi pakai ppt UGM yang super simple itu dengan tulisan yang tidak terlalu banyak (emang udah jadi kebiasaan gue kalau bikin ppt ga suka banyak kata-kata, lebih main ke improvisasi). Gue mencoba mengajak audience dan juri untuk fokus ke presentasi gue dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Gue ngelakuin kaya gini berdasarkan saran dari Imad gegara gue ga pede sama konten esai kami. Kata Imad “ya udah kamu bikin aja para juri biar fokus ke penampilanmu tanpa menghiarukan kontennya” kurang lebih gitu. Haha ya kali Mad, juri ga bakal segitunya, pasti tetep objektif pas nyimak dan nilai. Pas sesi tanya-jawab dari juri, tebakan gue bener. Gue dihajar juri dari segi kontennya gegara ga ada fokusan yang jelas mengenai gagasan kami. Masih terlalu umum. Gue pun mengakui itu. Ya udah gue jawab sebisa gue aja. Setelah selesai, gue duduk lagi, abis itu gue langsung telpon Imad. Gue keluar ruangan, ngeluh-ngeluh ke Imad mengenai pertanyaan-pertanyaan juri dan meminta Imad buat ngga berekspektasi tinggi sama hasil lomba ini. Gue udah optimis ngga juara nih wkwk.
Foto dengan salah satu juri & Choi



Gue presentasi 
Setelah semua peserta selesai presentasi, kami kembali ke kamar masing-masing dan bersiap-siap untuk menghadiri gala dinner di tempat Walikota Makassar. Di acara ini, kami diminta untuk mengenakan pakaian adat masing-masing. Gue pakai pakaian adat Jawa Barat (tapi ga tau itu bener pakaian adat Jawa Barat apa bukan wkwkwk). Gue kan punya masalah dengan cara jalan gue yang maco, pas gue fitting baju adat itu di kontrakan, temen-temen kontrakan gue pada bantu ngajarin gue cara jalan yang lebih cewek biar keliatan lebih kalem pas gue pakai baju adat ini. Ya kali gue pakai rok sesempit itu tapi jalannya tetep maco kaya cowo haha nanti roknya robek. Selesai makan, kami foto-foto, setelah itu kembali ke hotel. Oh ya lokasi kantor Walikota Makassar ini dekat dengan Pantai Losari. Tadinya kami sempat ditawari untuk langsung ke pantai setelah makan, tapi mengingat waktu yang semakin gelap dan pakaian yang kami kenakan kurang mendukung untuk bisa bergerak leluasa, akhirnya ga jadi ke pantai.
Ceritanya gue pake baju adat Jawa Barat


Foto kamar 1306 saat gala dinner

Day 3 (19 Oktober 2018)
Hari ketiga, kegiatan kami adalah Coaching Idea. Peserta mahasiswa (esai & LKTI) digabung lagi di ruang UBC. Tema coaching idea adalah Hoax. Kami membahas solusi untuk menangani masalah hoax yang semakin merajalela ini. Kami dibagi kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 7 orang. Gue satu tim sama anak Unnes (1), UNS (2), dan IPB (3). MC meminta tiap kelompok untuk memiliki nama kelompok yang unik dan akhirnya kami memberikan nama kelompok kami “UNIK” dengan kepanjangan “Unyu, Imut, dan Asik” wkwkwk. Kami juga punya jargon yang agak koplak nih jargonnya “ini.. jargon cikicikicikicik” sambil naikin tangan ke atas. Lucu banget emang nih kelompok apalagi gegara ada trio IPB nih (Ambar, Afra & Ka Sejahtera). Tiap kelompok maju ke depan menjelaskan solusi yang ingin diberikan. Tim kami mengajukan solusi hoax menggunakan teori Operant Conditioning.

Coacing Idea selesai pada waktu ashar dilanjutkan kegiatan mandiri.
Pisang epe
Gue sempet diajak Sharon & Naga untuk main ke pantai sore ini. Sebenernya panitia melarang peserta untuk keluar dari area kampus. Tapi kami bandel, tetep keluar kampus mengendap-endap, bahkan ada yang sampe ngibulin panitia hahaha emang bandel banget yak. Kami kumpul di gerbang depan kampus, terus langsung pesen gocar ke pantai. Ada panitia yang kami ajak juga buat jadi jaminan, wkwk. Kami menikmati suasana sore Pantai Losari, sholat magrib di masjid apungnya, dan menikmati kuliner sana. Gue pesen Pisang Epe, ada juga yang pesen wedang Sarabba. Kami menelusuri pantai, foto-foto, sempat liat ular juga (Sharon foto sama ular gede itu). Sekitar jam 9 kami balik ke hotel. Ga tega juga sama panitia yang udah beberapa kali menghubungi kami untuk meminta kami segera kembali. Maafkan kami ya panitia hehe.
Wajah-wajah peserta bandel

Day 4 (20 Oktober 2018)
Kegiatan hari ini adalah fieldtrip ke beberapa destinasi wisata di sekitar Sulawesi Selatan. Kami memakai kaos dari PIKIR 2018. Kami mengunjungi Bantimurung, yup, pusat penangkaran kupu-kupu di sini. Ini kali kedua gue ke Bantimurung (sebelumnya pernah kesana waktu PIMNAS). Kami ke Bantimurung naik bus yang disediakan panitia. Di bus yang gue naikin, sempat ada kejadian lucu nih. Si couple peserta dari Unnes ini kan lagi ngambek, mereka diminta temennya buat duduk satu bangku biar bisa bareng ngomongin masalah yang mereka alami. Tapi si ceweknya ga mau, wkwk. Akhirnya gue pun nyeletuk “dalam psikologi perkawinan, ada dua tipe orang saat menghadapi konflik” spontan anak-anak satu bus langsung fokus dengerin gue. Haha mereka semangat banget kalau dengerin gue ngomongin teori-teori psikologi. Sebelum naik bus, sempat juga gue sama beberapa ciwi-ciwi membahas teori cinta dalam psikologi. Karena mereka pada tau kalau gue dari psikologi, banyak dari mereka yang curhat ke gue mengenai masalah-masalah pribadi mereka. Gue jadi banyak tau tentang mereka meskipun baru beberapa hari kenal. Ada yang iseng-iseng nanyain gue minta ditebak dia orangnya kaya gimana, ada yang konsultasi masalah motivasi belajar, dan lain-lain.
Di Bantimurung
Sore harinya kami ke Pantai Losari (lagi). Selama di bus, gue satu bangku sama Anindita (UNY).
Foto bareng Anindita

Setelah dari pantai, kami ke pusat oleh-oleh. Di sana belanja beberapa makanan dan kerajinan khas Makassar. Gue cuma beli coklat dan makanan ringan aja. Setelah itu kami kembali ke kampus.
Malam hari ini, ada penampilan dari cabang lomba pentas seni (peserta dari siswa SMA). Gue sempet nonton bentar sambil menikmati angin malam di kampus unismuh. Sempat ngobrol sama Nurlinda juga mengenai kepanitiaan PIKIR ini. Pasti mereka capek banget ngurusin peserta bejibun kaya gini, belum lagi yang bandel-bandel kaya gue kemaren. Kata Nurlinda emang benar, “banyak banget dinamikanya, kalau dibikin satu novel kayanya ngga cukup” katanya. Setelah itu gue balik ke hotel dan istirahat, ga nyangka ini udah malem terakhir gue di Makassar, waktu berlalu bergitu cepat ya. Gue berharap ini bukan kunjungan terakhir gue ke Makassar. Meskipun logat berbicaranya berbeda dari yang biasa gue dengar di Jogja, tempat ini tetap nyaman bagiku.
Pemandangan dari jendela kamar hotel lantai 13


Malam terakhir pada kumpul rumpi sampaks tengah malem tapi gue ga ikut sudah terlalu lelah

Day 5 (21 Oktober 2018)
Hari terakhir di Makassar ini diawali dengan kegiatan Seminar Kewirausahaan. Para peserta menghadiri seminar di Student Mall. Setelah seminar, dilanjutkan acara penutupan dan pengumuman juara. Kami check out hotel saat break dzuhur. Acara penutupan dan pengumuman juara dilaksanakan setelah dzuhur. kekeuh pengen ikut penutupan dan pengumuman dan pengen pulang sama kloter sore. Wkwkwk dasar ya berdua nih.
Foto sama poster tim gue
Check out
Beberapa dari kami ada yang langsung ke bandara tanpa mengikuti acara penutupan karena khawatir ketinggalan pesawat mengingat jarak dari kampus ke bandara yang ngga dekat. Tapi si Choi sama Zainul (duo UB) nih ga ikut rombongan, mereka
Choi & Zainul
Pengumuman pun tiba. Juara yang disebutkan diacak, dari berbagai cabang lomba. Para peserta dari mahasiswa cukup ketar-ketir mendengarkan pengumuman lomba kami karena khawatir terlambat untuk ke bandara. Juara-juara pun disebutkan, gue udah dari hari presentasi udah optimis ga juara, jadi gue ga kaget pas pengumuman ga disebutin sebagai juara. Qadarullah, Allah masih mengizinkan gue membawa pulang sebuah penghargaan meskipun bukan sebagai juara. Yup, gue diberi penghargaan sebagai “Best Presentation”. Alhamdulillaah :’) gue cukup terharu dapet ini. Gue langsung kabarin Imad. Gue kirim foto gue sambil megang atribut penghargaan Best Presentation eh si Imad malah nanya “itu pinjam punya siapa Om?” ebuset dia kagak percaya kami dapet penghargaan ini. Wkwkwk. Seenggaknya gue ga pulang dengan tangan kosong ya, Mad.

Foto bareng Adil, Abrar & Faruq (tim LKTI UGM) dapet juara 3


Foto bareng Choi (juara 2) & Nurlinda (LO kami) 
Setelah foto-foto, kami langsung buru-buru ke bandara naik bus yang disediakan panitia. Ternyata kami sampai di bandara lebih awal, jadi kami harus nunggu beberapa jam sebelum bisa masuk. Ada kerangka X-banner-nya Zainul ketinggalan. Gue bawain ke Jogja aja. Karena si Choi katanya bulan depan ke Jogja.
Gue satu pesawat sama rombongan dari UNY dan UPN Jogja naik Sriwijaya. Sampai Bandara Adisucipto, kami menemukan insiden kecil. Kerangka X-banner Zainul hilang, ga ada dibagasi. Waduh. Gue harus ngomong apa sama Zainul hiks hiks. Kami pun mencoba menghubungi petugas bandara untuk menanyakan apakah ada barang yang tertinggal dibagasi pesawat. Ternyata ada X-banner Zainul ketinggalan :’) masyaallah. Sebenarnya ga cuma gue yang kehilangan barang. Ada penumpang lain juga yang kehilangan kopernya. Gue ga tau deh gimana nasib beliau. Semoga ketemu ya kopernya. Gue pulang bareng temen-temen dari UNY naik taksi bandara ke kos mereka, setelah itu gue dijemput Cahyo.

Pas gue pulang Imad minta foto bareng sama atribut penghargaan

Setelah kami pulang ke tempat masing-masing, keadaan grup masih ramai. Teman-teman masih semangat membicarakan kejadian saat kabur ke Pantai Losari kala itu. Hahaha belum pada bisa move on ya gengs. Awal November, Choi ke Jogja karena UKMnya ada kunjungan ke Gama Cendekia UGM. Gue pun nemuin Choi buat ngasih kerangka X-banner Zainul. Sesuai omongan gue waktu di Makassar yang sempet minta Choi bawain oleh-oleh Malang, si Choi pun beneran bawain Malang Strudel yeay, makasih Choi. Geng pesawat Sriwijaya ngajakin Choi ke Sekaten. Hendra, Eca, Kiky, dan gue yang ngajak Hasna cus langsung ke Sekaten. Saat itu malem minggu, kebayang kan gimana padatnya Sekaten pas malem minggu? Kami ke Sekaten makan mie ayam. Haha udah jauh-jauh, nembus macet, ke Sekaten cuma buat makan mie ayam. Kami ga ada yang naik wahana. Cuma si Hasna aja yang naik kora-kora. Abis itu pulang.
Beberapa hari setelah Choi mengunjungi Jogja, ada teman kami dari UPI Bandung yang juga mengunjungi Jogja, ada Afi dan Anis. Tapi saat mereka dateng, gue ga bisa menemui mereka karena ada keperluan nih, I’m so sorry.

Gue sangat bersyukur pernah ikut lomba di sini. Gue jadi dapat banyak banget pembelajaran. Salah satunya gue jadi lebih berani untuk bepergian jauh meskipun sendirian dan gue jadi lebih percaya diri untuk berdinamika dengan orang-orang yang baru gue temui. Yup, selama di Makassar gue bener-bener belum pernah ketemu sama mereka. Ga ada satu orang pun yang pernah gue kenal sebelumnya. Gue pikir, gue bakal jadi alien yang aneh karena ga punya temen tapi ternyata mereka orangnya terbuka. Gue juga bersyukur jadi anak psikologi. Gue jadi lebih mudah dekat sama orang lain melalui curhatan-curahatan mereka ke gue ya meskipun gue belum bisa bantu banyak untuk menyelesaikan masalah mereka. Terima kasih Allah. Terima kasih teman-teman. Terima kasih untuk semua pihak yang telah mendukung gue selama ini. Tanpa kalian, gue cuma butiran debu.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Liburan Berkedok KKN (Cerita KKN Part 4/D-day)

Bismillahirrahmanirrahim Halo teman-teman, lama banget vakum dari blog, ini gue mau lanjutin cerita KKN gue. Gue kan ikut periode KKN yang ke 2, antara semester 6 dan 7, akhir Juni sampai awal Agustus 2018, dan ini gue ngetik cerita KKN pas akhir Desember 2018 sampai Januari 2019. Jadi ya maklum ya kalau beberapa udah agak lupa, karena peristiwanya udah lewat sekitar 5 bulan lalu. OK, dari pada gue kebanyakan cuap-cuap, mending gue langsung cerita aja nih ya. Tapi sebelumnya teman-teman udah baca tulisan gue yang sebelum-sebelumnya kan? Cerita KKN dari part 1-3? Kalau belum, silahkan dibaca dulu sebelum baca cerita gue yang ini, karena cerita ini sambungan dari blog-blog sebelumnya. Oh ya, di sini, gue ga bakalan cerita full semua dinamika yang terjadi saat hari H KKN. Karena kalau diceritain semuanya pasti bakalan banyak banget dan kalian juga mungkin bakal capek dan bosen bacanya. Ya kali gue masa mau cerita gimana gue nyetrika, gimana gue nyuci, gimana gue jemur pakaian -___-

Hati yang Terbolak-Balik Menuju Keberangkatan (cerita KKN part 2)

Bismillahirrahmanirrahim Insyaallah kali ini gue coba lanjutin nulis blog lagi setelah sekian lama. Temen-temen mungkin udah pada baca blog gue yang sebelumnya yang judulnya “Skenario Allah Jauh Lebih Indah dari yang Kami Bayangkan” yang di- publish bulan April. Kalo belum baca, silahkan baca itu dulu aja karena satu rangkaian dengan blog KKN ini. Mohon maap ya kalau di blog ini ceritanya kurang lengkap atau alurnya lompat-lompat soalnya gue nulis ini lebih dari sebulan setelah pulang KKN, jadi agak lupa-lupa cerita lengkapnya, nanti komen aja di bawah kalau ada yang kurang tepat ceritanya, hehe.. Tim KKN kami bondingnya ga pake makrab, cuma jalan-jalan ke Kaliurang sambil main game Perkenalan  Selamat membaca jual baju bekas di sunmor Selama persiapan KKN gue masuk di divisi Danus (Dana Usaha) yang kerjaannya nyari duit lewat dagangan, bareng anak-anak lain (Ammar, Ayang, Rangga, Hana, Kas, Resti & Putri) yang dikoordinir oleh kapten Wafalur. Kerjaan divisi Danus

Iseng daftar Mapres

Suatu hari ada pembukaan pendaftaran mapres fakultas gue. Gue cukup tertarik nih. So, gue putuskan untuk iseng coba daftar. Motivasi gue daftar mapres adalah karena gue pengen tau mapres itu ngapain aja dan kaya gimana, siapa tau emang rejekinya di sini, kan ga ada salahnya kita mencoba. Simple banget ya alasannya.        Syarat daftar mapres saat itu adalah mahasiswa angkatan 2015 yang telah memiliki minimal satu sertifikat penghargaan. Berkas yang harus dikumpulkan adalah CV dan esai. Gue saat itu dadakan banget bikin CV sambil mengingat-ingat riwayat kepanitiaan gue. Gue juga bikin esai semampu gue, tentang kenakalan remaja dan spiritualitas. Saat itu gue bikin esainya sederhana banget, asal jadi, soalnya gue bikin mepet deadline dan gue orangnya ga jago cuap-cuap di tulisan.       Seluruh pendaftar mapres fakultas gue dikumpulin sama sekretaris wadek akademik dan kemahasiswaan. Kami diberi pembekalan oleh mapres fakultas kami tahun sebelumnya, mba Karom. Kami dikasih gambaran