Langsung ke konten utama

Menjadi Musafir Ke Pulau Seberang (cerita KKN part 3)

(blog ini merupakan rangkaian cerita KKN, lanjutan dari blog sebelumnya ya, yang judulnya "Hati yang Terbolak-balik Menuju Keberangkatan)

Sekitar sehari sebelum berangkat, gue minta anak-anak subunit 3 ngumpulin barang-barang subunit (sesuai pembagian di list barang bawaan) ke kontrakan gue. Barang-barang subunit gue masukin di satu koper. Gue sendiri bawa barang-barang pribadi di satu koper, satu ransel, dan satu tas KKN. Tim KKN unit kami kumpul di (Grha Sabha Pramana) GSP sekitar setelah magrib, Senin, 25 Juli 2018. Gue berangkat ke GSP bareng Rangga, pake gocar karena bawaan kami cukup banyak.
barang bawaan gue
Setelah semua anak berkumpul, kami makan malam bersama, pake jogja chicken. Yang belum sholat isya pada sholat di musholla GSP. Sebelum berangkat, gue memberi kabar ke bagian humas pemda Kaur bahwa kami akan berangkat malam itu. Sebelum memasuki bus, kami berfoto bersama di samping bus. Bus berangkat pada pukul 20.00 WIB. Gue duduk sendiri, karena seat-nya emang lebih waktu itu. Yup, seperti biasa, gue pasti sedia minum antimo dulu sebelum naik bus, jadi, ga lama setelah masuk bus, gue bisa langsung tepar. Sekitar tengah malem, bus berhenti, ga tau di mana, gue masih kena efek ngantuknya obat antimo, jadi ga turun bus.
sebelum berangkat kami foto dulu di samping bus
Sekitar jam 5 pagi, bus berhenti di rest area di Subang. Ada kejadian ga mengenakkan di sini. Di saat kami butuh-butuhnya, ga ada air di kamar mandi, semua toilet dan tempat wudlu ga ngeluarin air. Orang-orang yang belum sholat subuh pada tayamum, ada juga yang wudlu pake air mineral. Ternyata ga ada air tuh nyiksa banget ya :’) itulah kenapa gue ga mau KKN di daerah yang sulit air bersih. Kami ga lama mampir di rest area, cuma buat numpang sholat dan istirahat bentar langsung lanjutin perjalanan lagi. 

Sekitar jam 9 pagi, kami sampai di bandara Soekarno Hatta. Kami datang rombongan dengan barang bawaan yang bejibun sampe pake banyak trolley bandara. Pesawat kami masih lama berangkatnya, jadi kami ngemper di bandara lumayan lama sampe diusir satpam beberapa kali gara-gara ngeliat rombongan kami yang mengganggu pemandangan bandara. Alasan diusir yang pertama yakni karena jumlah rombongan kami terlalu banyak, jadi ganggu pemandangan bandara yang katanya mau ada tamu VIP lewat (mungkin ada kaitannya sama acara Asian Games kali ya).
deretan trolley tim kami

Setelah itu, kami nyebar. Ga lama abis itu, kami diusir lagi gara-gara main kartu remi diemperan jalan itu wkwk. Katanya khawatir diliput media. Abis itu diusir lagi ga yaaa? Wkwk terlalu banyak nih pengalaman lucu kami.

fajar lelah menunggu
Kami nunggu di terminal A1. Trolley kami baris di samping tangga, dan kami nyebar, ada yang naik ke atas, ada yang makan di resto, ada juga yang stay didekat trolley buat jagain. Gue beberapa kali naik ke lantai 2, tapi di situ suasananya ga kondusif banget, kebanyakan yang nunggu disitu para cowok, pada tiduran, dan banyak yang ngerokok juga, beuh kebayang kan gimana ga nyamannya tuh ruangan. Kami nungguin sambil ngemil, beberapa ada yang ketiduran juga saking lamanya nunggu.

Setelah waktu shalat ashar, sekitar jam 4 sore kami check in. Lumayan banyak juga bagasi kami. Kuota bagasi kami digabungin 26 orang, dan ternyata Alhamdulillah cukup, Cuma sisa berapa kilo ya, 1 apa tiga kilo gitu, wkwk. Kami sholat magrib & isya di jama’. Oh iya, karena kami lumayan buru-buru, dan musholla di sana kecil, jadi kami sholat di ruang tunggu, yup, di area gate. Pas kami nunggu pesawat, Pak Teguh (Dosen Pembimbing Lapangan/DPL kami) datang. Kami naik pesawat yang sama tapi duduknya bener-bener ngacak. Gue waktu berangkat duduknya di samping Kas, dan dipinggir jalan, berarti di seat C kalo ga salah. Kami sampai di bandara Fatmawati, Bengkulu sekitar jam 9 malem, setelah itu kami ambil bagasi. Bus jemputan dari humas pemda Kaur udah nunggu.

bapak-bapak lelah menunggu
ibuk-ibuk nyari tempat istirahat

sampai bandara Fatmawati

Oh iya, bandara Fatmawati nih termasuk kecil ya tempatnya. Kami jadi penumpang terakhir yang keluar bandara dan itupun udah disuruh buru-buru keluar karena bandaranya mau tutup. Sekitar jam 10 malem, kami masuk bus yang disupirin sama Bang Ijal dan dikernetin sama temennya (gue lupa namanya) itu kocak banget, ngebut-ngebut sambil teriak-teriak gitu wkwk. Oh iya, ini bus sekolah yang kapasitasnya ga nyampe 30 orang, jadi kami lumayan empet-empetan, dan karena ga ada AC, kami jadi kegerahan. Sekitar jam 11 malem kami mampir ke tempat makan karena anak-anak pada kelaperan. Kami mampir di penyetan, makan ayam dan minum teh. Sambil nunggu temen-temen balik ke bus lagi, kami ngeliat pemandangan langit Bengkulu, indah banget, banyak bintangnya. Kalo di Jogja jarang ngeliat bintang.
si Tetew selfie pake hp gue

Kami masuk ke bus lagi dan melanjutkan perjalanan. Sekitar jam 3 dini hari, bus berhenti, ga tau di mana, kayanya sebuah pasar gitu. Bus berhenti gara-gara sopirnya ngantuk katanya. Kasian juga sih dari awal malem udah nunggu di bandara, nyetir terus, pasti capek. Jadi kami nunggu dulu. Beberapa dari kami ada yang keluar bus gara-gara ga tahan sama gerahnya, ada juga yang masih stay di bus karena ngantuk dan mager. Itu bus udah sumpek banget, sampe koper aja masuk ke bagian dalem, jadi kami susah keluar masuk bus. Di luar ada beberapa yang makan duren, karena gue ga suka duren, jadi gue ga ikut makan. Tapi gue ikut keluar bus juga sambil mandangin langit yang dihiasi bintang-bintang, cantik banget. Abis itu kami lanjutin perjalanan, waktu subuh kami mampir di sebuah masjid. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju lokasi KKN kami.

pertama kali liat pondokan
Jam 7 pagi kami baru sampai di desa lokasi KKN kami, desa Cucupan. Di sana udah ada Tapin, Ukad, Unuy, dan Belta. Barang-barang kami langsung dipindahkan ke pondokan Cucupan. Kami sempat makan di rumah Tapin juga, ketemu ibu & kakaknya. Siang harinya, gue ditemenin sama Pak Teguh, Tapin, dan Hana mendatangi rumah kepala desa yang menjadi lokasi KKN subunit 3, yup, Desa Muara Tetap. Itu pertama kalinya gue menemui Pak Kades dan menginjakkan kaki di Desa Muara Tetap. Kami mengunjungi rumah yang akan kami tempati sebagai pondokan kami. Pondokan kami adalah rumah milik Pak Muin. Kami membayar DP sebesar 500 ribu. Malam itu kami masih bergabung 30 orang & Pak Teguh menginap di pondokan Cucupan. Tiap subunit kumpul, subunit Muara Tetap ngomongin peraturan yang ingin diberlakukan selama KKN, khususnya mengenai aturan cewek-cowok. Selain itu, ada kumpul kluster juga, ngomongin program yang mau dijalanin apa aja. Setelah itu, baru kami tidur. Pondokan Cucupan ini lumayan besar rumahnya, isi 4 kamar tidur dan 2 kamar mandi jadi bisa menampung 30 orang.

bayar DP dulu nih

ini di pondokan Cucupan
Kamis, 28 Juli 2018, pagi hari kami diminta berkumpul di Bappeda untuk mengikuti kegiatan penyambutan dari pemda Kaur bareng sama tim KKN sebelah (yang diketuai Okky). Kami dijemput pake bus itu lagi, seperti biasa, gue yang hubungin supirnya. Pada siang harinya, kami melakukan pindahan ke pondokan subunit masing-masing (kalo anak Cucupan tetep di sana).


setelah acara penyambutan (di Bappeda)


Kami pindahan pake pick up yang dikemudiin sama Ukad. Barang-barang anak subunit gue udah pada diangkutin ke sana sama beberapa orang udah duluan kesana, sisa gue, Kas & Yuyun yang masih stay di pondokan Cucupan nunggu jemputan. Karena gue ga sabaran nungguin, akhirnya gue ngajak Yuyun dan Kas buat jalan ke Muara Tetap. Gue bilang ke Tapin “Pin, kita jalan ke Muara Tetap ya?” terus Tapin langsung ngelarang. Yaudah gue nyantai lagi. Pas Tapin lagi fokus ngobrol sama orang, gue iseng bilang “Pin kita jalan ya ke Muara Tetap” Tapin kayanya ga dengerin ucapan gue, jadi cuma ngangguk aja. Kami bertiga langsung jalan. Dari Cucupan ke Muara Tetap terpisahkan sama satu desa, yaitu Desa Pagar Dewa. Di sepanjang jalan kami ditanya anak-anak Cucupan “mau kemana yuk (“ayuk” merupakan sebutan untuk kakak perempuan)?” terus kami jawab “Muara Tetap” terus respon anak-anak yang tanya pada kaget gitu sambil tanya lagi “jalan?” wkwk kita cuma bisa jawab sambil nyengir “iya hehehe”. Pas kami udah lewatin sawah-sawah diperbatasan Cucupan gitu tiba-tiba ada Tapin nyusul naik motor sama temennya (pemuda Cucupan) dan langsung maki-maki kami gara-gara kami nyelonong aja jalan kaki ke Cucupan padahal jaraknya ga begitu dekat “Ooooom oom” Tapin ngomel-ngomel wkwkwk gue cuma bisa ketawa, sambil dimaki-maki sama Kas & Yuyun karena ini rencana gue, gue yang memprovokasi mereka biar mau jalan kaki. Ga lama abis itu pick up datang, kami langsung diangkut pake pick up. Si Kas duluan nebeng motor ke pondokan Muara Tetap. Gue sama Yuyun naik pick up bareng Ukad dan dibawa ke pondokan Cucupan lagi, wkwkwk gue merasa tenaga gue buat jalan tadi terbuang sia-sia. Abis itu baru ke pondokan Muara Tetap. Sampe pondokan, kami langsung beres-beres pondokan dan menata barang-barang kami. Pondokan kami posisinya masuk ke gang, ga kaya Cucupan yang ada di pinggir jalan. Pondokan kami juga letaknya bener-bener di perbatasan desa Muara Tetap dan desa Kasuk Baru. Pondokan kami terdiri dari 3 kamar dan 1 kamar mandi, tapi ada 1 kamar yang ga boleh dipake, jadi kami cuma punya 2 kamar. Satu kamar di depan buat cowok, satu kamar di sebelahnya untuk cewek. Setelah beres-beres, kami bersilaturrahim dengan tetangga pondokan kami.

pemandangan pondokan kami (tampak depan)
hari pertama para tetangga mendatangi pondokan kami
To be continued..


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Liburan Berkedok KKN (Cerita KKN Part 4/D-day)

Bismillahirrahmanirrahim Halo teman-teman, lama banget vakum dari blog, ini gue mau lanjutin cerita KKN gue. Gue kan ikut periode KKN yang ke 2, antara semester 6 dan 7, akhir Juni sampai awal Agustus 2018, dan ini gue ngetik cerita KKN pas akhir Desember 2018 sampai Januari 2019. Jadi ya maklum ya kalau beberapa udah agak lupa, karena peristiwanya udah lewat sekitar 5 bulan lalu. OK, dari pada gue kebanyakan cuap-cuap, mending gue langsung cerita aja nih ya. Tapi sebelumnya teman-teman udah baca tulisan gue yang sebelum-sebelumnya kan? Cerita KKN dari part 1-3? Kalau belum, silahkan dibaca dulu sebelum baca cerita gue yang ini, karena cerita ini sambungan dari blog-blog sebelumnya. Oh ya, di sini, gue ga bakalan cerita full semua dinamika yang terjadi saat hari H KKN. Karena kalau diceritain semuanya pasti bakalan banyak banget dan kalian juga mungkin bakal capek dan bosen bacanya. Ya kali gue masa mau cerita gimana gue nyetrika, gimana gue nyuci, gimana gue jemur pakaian -___-

Hati yang Terbolak-Balik Menuju Keberangkatan (cerita KKN part 2)

Bismillahirrahmanirrahim Insyaallah kali ini gue coba lanjutin nulis blog lagi setelah sekian lama. Temen-temen mungkin udah pada baca blog gue yang sebelumnya yang judulnya “Skenario Allah Jauh Lebih Indah dari yang Kami Bayangkan” yang di- publish bulan April. Kalo belum baca, silahkan baca itu dulu aja karena satu rangkaian dengan blog KKN ini. Mohon maap ya kalau di blog ini ceritanya kurang lengkap atau alurnya lompat-lompat soalnya gue nulis ini lebih dari sebulan setelah pulang KKN, jadi agak lupa-lupa cerita lengkapnya, nanti komen aja di bawah kalau ada yang kurang tepat ceritanya, hehe.. Tim KKN kami bondingnya ga pake makrab, cuma jalan-jalan ke Kaliurang sambil main game Perkenalan  Selamat membaca jual baju bekas di sunmor Selama persiapan KKN gue masuk di divisi Danus (Dana Usaha) yang kerjaannya nyari duit lewat dagangan, bareng anak-anak lain (Ammar, Ayang, Rangga, Hana, Kas, Resti & Putri) yang dikoordinir oleh kapten Wafalur. Kerjaan divisi Danus

Yang Pertama dan Selalu Bersama (Season 2)

Sebelum ini, gua udah pernah nulis cerita dengan judul ini dan kali ini gua bakal menceritakan hal serupa tapi tak sama. Apa hayoo? pake baju mirip warnanya tanpa janjian Seputar pertemanan juga, tapi di tempat yang berbeda. Kalo sebelumnya gua cerita waktu SMA, kali ini di tempat perkuliahan. Waktu awal gua masuk perkuliahan, ada ospek kan, dan di ospek ini peralatan yang harus disiapin cukup banyak, termasuk caping. Waktu itu gua berniat untuk titip orang aja beli capingnya, gua ga pernah beli gituan. So, gua tanyalah di grup line angkatan gua waktu awal-awal sebelum ospek. Gua mau titip beliin caping. Ada satu orang yang bersedia dititipin di grup itu, namanya Ahda. Gua akhirnya PM-an sama dia kan buat nitip caping, kapan dibawanya, berapa harganya, dll. Kami awal ketemu pas foto angkatan buat tugas ospek fakultas. Di sana, dia agak kaget pas tau gue cewek. Sebenernya diawal-awal gua masuk ke grup kuliah juga gua udah sering disangka cowok, tapi abis itu gua bilang ke mereka kalo gu